Pandangan Teknologi Menurut Islam

Teknologi dalam perkembangannya yang mutakhir merupakan penerapan sains untuk kepentingan manusia. Pada umumnya penerapan itu adalah untuk menyejahterakan manusia seluruhnya, namun tak dapat dibantah bahwa pengembangan teknologi lagi diarahkan pada pembuatan senjata pemusnah masal seperti misalnya senjata nuklir, kimia dan biologis. Di samping tujuan negatif dari pengembangan teknologi, teknologi yang dikembangkan untuk tujuan positif sekali pun dapat mempunyai dampak-dampak negatif pada lingkungan hidup, kehidupan sosial dan perilaku private.

Bagi banyak kritisi, dampak-dampak negatif ini timbul karena adanya dikhotomi antara sains dan etika dalam paradigma sains fashionable. DIbedakan menjadi dua sains etika ini yang banyak dianut di kalangan saintis yang menganggap bahwa penggunaan sains untuk pengembangan senjata pemusnah massal sebagai sesuatu yang berada di luar tanggung jawab sains yang netral secara etis. Begitu lagi ketika terjadi dampak-dampak negatif sebagai akibat pengembangan teknologi sebagai sesuatu yang di luar tanggung jawab sains.

Namun belakangan muncullah kesadaran bahwa baik sains dan teknologi tak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya adalah bagian yang tak terpisahkan dari peradaban manusia yang lagi mencakup cabang-cabang lain seperti misalnya budaya, ekonomi dan politik Itulah sebabnya teknologi harus dikembangkan di atas sebuah landasan filosofis atau paradigma suatu peradaban dan semua peradaban yang besar berkembang di atas landasan agama. oleh sebab itu berikut ini akan diajukan sebuah filsafat dasar teknologi yang islami.

Hakekat Teknologi menurut Al-Qur’an

Pada hakikat teknologi dapat dibaca pada anak kalimat pertama ayat di bawah di mana disebutkan bahwa

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً

….

Tiadakah kamu perhatikan, bahwa Allah menundukkan untukmu apa-apa yang di langit dan apa-apa yang di bumi dan me­nyempurnakan untukmu nikmat-nikmat-Nya yang dzahir dan yang batin
…..
(QS Surat Luqman, 31:20)

Nah, sakh-khara pada kalimat di atas menunjukan bahwa Allah menundukkan Alam pada manusia, bukan manusia yang menundukkannya melalui teknologi seperti dalam kepercayaan Barat sekuler mengenai teknologi. Hakekat teknologi adalah bagian dari peyempurnaan nikmat-nikmat Allah pada manusia baik yaitu yang eksternal. Sedangkan nikmat yang inside berupa kepuasan batiniah karena manusia telah menyempurnakan tugasnya sebagai khalifah yang memakmurkan bumi dan beribadah kepada Allah sebagai abdiNya.. ’Abid dan khalif adalah dua peran mendasar manusia sebagai makhluk pilihanNya.

Tujuan Teknologi dalam Al-Qur’an

Dalam pandangan Islam, ilmu yang diterapkan atau teknologi adalah untuk mensyukuri nikmatNya yang berupa ilmu yang diajarkan pada orang yang mau membaca tanda-tandaNya. Tasykir adalah konsekuensi dari ta’lim. Sedangkan tujuan akhir dari tasykir, yang lagi merupakan fondasi dari ta’lim itu, adalah tawhid atau mengesakan Allah.

Teknologi adalah bagian dari amal manusia. Ringkasnya hal ini dapat digambarkan sebagai berikut Hal ini sesuai dengan konsep amal sebagai syukur akan nikmat ilmu seperti yang difirmankanNya sebagai berikut :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْلَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ  وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan ingatkah juga tatkala Tuhanmu memaklumkan :
“ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatku, maka sesungguhnya azabku sangat pedih “ .

(QS, Surat Ibrahim,14: 7)

Ketika ta’lim dikaitkan dengan tawhid. Oleh karena itu hal ini tidak lain dari manifestasi manusia sebagai abdi Allah subhana wata’ala seperti yang ditegaskanNya dalam firmanNya

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS, Surat al-Dzariyat, 51:56)

Selaim itu kaitan ta’lim dan tasykir adalah sebuah konsekuensi posisi manusia sebagai khalifatullah fil ‘ardh seperti Firman Allah subhana wa ta’ala

وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ الْاَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْۗ اِنَّ رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَابِۖ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS, Surat al-An’am 6:165)

Masa kepemimpinan (Khalifah) manusia di muka bumi itu adalah konsekuensi eksistensi ruh yang ditiupkan Allah subhana wa ta’ala sebagai bagian dari kesempurnaannya sesuai dengan firman Allah

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”
(QS Surat al-Sajdah, 32:9)

Setelah proses penciptaannya dari tanah dan air yang mengindikasikan sifatnya sebagai ’abid Allah dalam ayat-ayat sebelumnya yaitu ayat

الَّذِيْٓ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ وَبَدَاَ خَلْقَ الْاِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ

“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah,”
(QS Surat al-Sajdah, 32:7)

dan ayat selanjutnya

ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهٗ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّاۤءٍ مَّهِيْنٍ

“kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).”
(QS Surat al-Sajdah, 32:8)

Konteks Teknologi menurut Al-Qur’an

Oleh sebab itu, teknologi harus dijalankan sesuai dengn etika atau petunjuk Allah yang belandaskan pada kitabNya seperti yang dapat kita pahami dari potongan ayat berikut ini

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّجَادِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ…

Di antara manusia ada yang membantah tentang Allah
tanpa ilmu, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang terang

(QS Surat Luqman, 31:20)

Rentetan penyebutan al-’Ilm, al-Huda dan al-Kitab menyarankan adanya hirarki ilmu – etika – religi. Pada pembahasan ini ilmu yang dimaksudkan adalah teknologi, sehingga pada hakekatnya terdapat perjenjangan teknologi – etika – agama.

Etika teknologi dalam Al-Qur’an

Teknologi memang sarana manusia untuk menyampaikan rasa syukurnya pada Sang Pencipta. Inti dari wawasan Islam tentang teknologi adalah pengakuan bahwa semua makhluk diciptakan Ilahi untuk mengagungkannya seperti Firman Ilahi

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالطَّيْرُ صٰۤفّٰتٍۗ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهٗ وَتَسْبِيْحَهٗۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِمَا يَفْعَلُوْنَ

“Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh, telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

(QS Surat An-Nur, 24:41)

Pada dasarnya, etika teknologi dalam Islam bukanlah etika humanistik yang menganggap manusia sebagai penakluk alam, tetapi sebagai imam dari salat dan tasbih semesta dari semua ciptaanNya yang menurut Sang Maha Pencipta telah diberi hak

…وَمَا خَلَقْنَا السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّۗ

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan kebenaran.”……..
(QS Surat Al-Hijr, 15:85)

Maka dari itu di dalam Islam bukan hanya manusia yang memiliki hak di antara makhluk Allah, tetapi semua isi semesta termasuk lingkungan hidupnya.

Disamping itu teknologi dalam pandangan Islam bukanlah merupakan sarana penakluk alam, akan tetapi merupakan sarana untuk menjaga keseimbangan. Prinsip keseimbangan yang disimbolkan melalui mizan atau neraca ini adalah serta merupakan prinsip dasar etika dan hukum Islam, seperti yang difirmankanNya

 (7) وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ

 (8) أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ

 (9) وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ

(7) Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca
(8) Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
(9) Dan jagalah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

(QS Surat Ar-Rahman 55:7-9)

Kesimpulan

Dengan ini telah berakhir filsafat dasar teknologi dalam Islam jika dilandaskan pada ayat-ayatNya. Tentu saja dia akan dapat menjadi lebih kokoh dan komprehensif jika diintegrasikan dengan filsafat dasar sains yang serta dilandaskan pada ayat-ayat relevan yang tercantum dalam Al-Quran al-Karim seperti yang ditampilkan pada artikel sebelum ini.

Perlu kita catat pada satu hal penting ini, jika ilmu sains dan teknologi harus berlandaskan pada Bacaan Mulia, maka berarti sebuah peradaban akan menjagi utuh menyeluruh, kalau saja semua cabang peradaban dilandasakan pada Bacaan yang sama.

Karena itu, saya berharap ada di antara para pembaca artikel ini yang dapat menyempurnakannya, sehingga wawasan Islam rahmatan li al-’alamin serta mempunyai makna aktual pada segala dimensi peradaban termasuk sains dan teknologi dalam memecahkan problematika international di abad ke-21 ini. Insya Allah. Amin ya Rabb al-’ alamin.

Jangan lupa mampir ke website sebelah yah, ada banyak info tentang teknologi di sana, kunjungi :

 

Beri Tanggapan