Definisi Bersyukur: Kunci Menuju Kehidupan yang Lebih Bahagia

Bersyukur adalah sikap yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam setiap aspek kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan rasa syukur.

Baik itu dalam hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, maupun hubungan dengan lingkungan sekitar.

Apa Definisi Bersyukur?

Dalam Islam, bersyukur memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar rasa terima kasih. Bersyukur dalam Islam adalah sikap mental yang melibatkan pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah SWT sebagai sumber segala nikmat dan karunia yang diterima.

Secara istilah syukur dalam agama adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:

الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).

Lawan Kata Syukur

Syukur merupakan lawan dari kufur nikmat, yaitu perilaku yang menunjukkan penolakan atau bahkan pengingkaran  terhadap kenyataan bahwa nikmat yang kita terima berasal dari Allah Ta’ala.

Semisal Qarun yang berkata;

إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي

“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78).

Syukur Salah Satu Sifat Allah

Sudah seharusnya kita mengetahui bahwa bersyukur merupakan salah satu sifat mulia dari sifat-sifat Allah yang husna.

Allah selalu memberikan balasan yang setimpal atas setiap kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya, tak seorang pun akan terlewatkan, dan tak satupun kebaikan yang akan terlewatkan.

llah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).

Imam Abu Jarir Ath-Thabari Seorang ahli tafsir, menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” (Tafsir Ath Thabari, 21/531).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 8/141).

Dengan merenungkan fakta bahwa Allah merupakan Maha Pembalas Kebaikan yang memberikan berbagai nikmat kepada Hamba-Nya, seharusnya membuat seseorang menjadi semakin sadar akan pentingnya bersyukur kepada Sang Pencipta.

Hamba yang berterima kasih atas segala karunia yang telah diberikan Rabb-nya akan merasa lebih layak dan bersemangat dalam beribadah.

Syukur Sifat Para Nabi

Kita selalu memuji dan berterima kasih kepada Sang Pencipta atas semua anugerah-Nya yang melimpah, meskipun dalam menghadapi tantangan dan hambatan.

Sikap yang demikianlah yang dijunjung tinggi oleh para Nabi dan Rasul Allah yang agung.

Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh ‘Alaihissalam,

ذرية من حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور

“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).

Allah Ta’ala menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

إن إبراهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين* شاكرا لأنعمه اجتباه وهداه إلى صراط مستقيم

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).

Dan sosok yang diakui sebagai Sayyidul Anbiya atau pemimpin para nabi, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, yang merupakan nabi akhir zaman. Meskipun surga telah dijamin baginya, Nabi Muhammad tetap bersyukur. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، إذا صلَّى ، قام حتى تفطَّر رجلاه . قالت عائشةُ : يا رسولَ اللهِ ! أتصنعُ هذا ، وقد غُفِر لك ما تقدَّم من ذنبك وما تأخَّرَ ؟ فقال ” يا عائشةُ ! أفلا أكونُ عبدًا شكورًا

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).

Syukur sebagai Ibadah

Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala banyak memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya melalui berbagai ayat. Oleh karena itu, bersyukur adalah sebuah bentuk ibadah yang menunjukkan ketaatan kita terhadap perintah Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman,

فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون

“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)

Allah Ta’ala juga berfirman,

يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم واشكروا لله إن كنتم إياه تعبدون

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).

Bersyukur adalah melaksanakan perintah dari Allah, dan enggan bersyukur serta menolak nikmat yang diberikan oleh Allah adalah tindakan yang tidak patuh terhadap perintah-Nya.

Buah Manis dari sifat Syukur

Bersyukur adalah salah satu cara untuk menambah cinta kepada Allah SWT dalam hidup kita. Tidak hanya itu, bersyukur juga dapat membawa buah manis yang dapat kita rasakan di dunia dan di akhirat. diantaranya adalah sebagai berikut;

Syukur adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).

Menjadi Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah Ta’ala berfirman,

وإن تشكروا يرضه لكم

“Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

Menjadi Sebab Selamatnya Seseorang dari Azab Allah

Allah Ta’ala berfirman,

ما يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وآمنتم

“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa: 147).

Menjadi Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah Ta’ala berfirman,

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim: 7).

Pahala di Dunia dan Akhirat dari Bersyukur

Janganlah Anda menganggap remeh tentang arti bersyukur. Bersyukur tidak hanya tentang memberikan pujian dan terima kasih kepada Allah. Sebenarnya, bersyukur juga dapat memperoleh pahala yang berlimpah serta membuka pintu rezeki di dunia.

Allah Ta’ala berfirman,

وسنجزي الشاكرين

“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Al Imran: 145).

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).

Tanda-Tanda Seorang Hamba yang Bersyukur

Adapun tanda-tanda seorang hamba yang bersyukur diantaranya adalah sebagai berikut;

Gemar Berterima Kasih

Kegemaran untuk mengucapkan kata-kata terima kasih. Ini karena individu yang bersikap bersyukur selalu menunjukkan penghargaan terhadap kehidupan yang mereka miliki.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,

مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا

“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

Ketaatan kepada Allah

Sangat mengejutkan apabila ada seseorang yang mengklaim bersyukur karena menyadari bahwa segala yang dimilikinya berasal dari karunia Allah, namun pada kenyataannya ia melanggar perintah dan larangan-Nya. Ia menolak untuk melaksanakan kewajiban seperti shalat, belajar agama, dan berzakat.

Bahkan, ia terjerumus dalam dosa memakan riba dan lain sebagainya. Dalam hal ini, terdapat kesenjangan yang jauh antara pengakuan dan tindakan nyata.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.

Rendah Hati

Memiliki perilaku yang sederhana meskipun memiliki banyak kelebihan dalam dirinya. Seorang yang bersyukur tidak bersikap sombong terhadap apa yang dimilikinya.

Dia yakin bahwa segala sesuatu yang dimilikinya, baik dalam dirinya maupun dalam hidupnya, adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tidak Boros

Tidak berlebihan atau membuang-buang. Individu yang bersyukur cakap dalam memanfaatkan segala yang kini diberikan padanya.

Orang yang bersyukur akan menerima segala kondisinya dengan tulus dan ikhlas. Mereka merasa bahwa berfoya-foya tidak memberikan keuntungan apa pun bagi diri mereka.

Pandangan Hidup yang Positif

Salah satu tanda orang yang bersyukur adalah ia mampu merasa beruntung meskipun sedang mengalami kesulitan atau bencana. Orang yang bersyukur selalu berkeyakinan bahwa setiap kejadian yang dialaminya memiliki sisi positif yang dapat dipetik.

Cara Bersyukur yang Salah

Bersyukur kepada Selain Allah

Banyak orang yang ketika merasakan kenikmatan, mereka cenderung mengungkapkan rasa syukur mereka kepada entitas lain selain Allah.

Beberapa orang mungkin mengucapkan terima kasih kepada jin yang mereka klaim sebagai penguasa lautan, atau kepada berhala yang dipercayai sebagai dewa bumi, atau bahkan menyembah entitas lain selain Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا

“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah menciptakanmu dari tanah kemudian mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu sebagai manusia?” (QS. Al-Kahfi: 37).

Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah segala kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita bersyukur kepada selain Allah.

Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur adalah ibadah. Dan ibadah hanya pantas dan layak kita persembahkan kepada Allah semata. Tidak ada sekutu baginya.